Rabu, 08 Januari 2014

Cara Mendidik Istri Secara Islami




La tadhribu imaallah! Janganlah kalian pukul kaum perempuan!
(HR. Imam Abu Daud, Nasai, dan Ibnu Majah)

Betapa agungnya Islam menjaga dan melindungi umatnya, salah satunya yakni wanita yang telah menjalani perannya sebagai seorang Istri. Setelah menikah, seorang Istri berkewajiban dan bertanggungjawab penuh pada suaminya, juga tunduk dan taat. Namun adakalanya, dalam suatu rumah tangga, istri melakukan suatu kesalahan. Dan hal itu menjadi tanggungjawab suami untuk menegur, mengingatkan, dan mengarahkan kembali Istrinya ke jalan yang lurus.
Dan dalam melakukan kewajibannya untuk mendidik seorang istri, Islam telah jelas memberikan tuntunan dan arahan bagi kaum suami untuk melakukannya dengan cara yang baik dan benar. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keduany (suami dan istri) agar dalam bersikap tidak melampaui batas, dan sesuai dengan arahan yang telah ada.

 “Sebab itu, maka Wanita yang shaleh ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka. Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka dari tempat tidur dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu  mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”  (Q.S. An Nisa:34)

Nusyuz adalah tindakan atau perilaku seorang istri yang tidak bersahabat pada suaminya. Istri yang Nusyuz adalah istri yang tidak lagi menghormati, mencintai, menjaga, dan memuliakan suaminya. Istri yang tidak lagi komitemen pada ikatan suci pernikahan.

Berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dalam mendidik istri, ada 3 tahapan;
1.       Menasehati istri dengan perkataan yang baik, bijaksana, dan mampu menyentuh hatinya, sehingga ia bisa segera kembali ke jalan yang lurus.Rasulullah SAW melarang seorang suami menegur istri dengan kata-kata yang kasar, karea kata-kata yang kasar lebih menyakitkan daripada tusukan pedang.
2.       Pisah tempat tidur dengan istri, dengan harapan adanya introspeksi dari kedua belah pihak.
3.       Memukul, dengan syarat;
-          Telah melewati tahapan sebelumnya, tapi tidak juga berubah.
-          Tidak boleh memukul muka. Sebab muka adalah segalanya bagi manusia, pusat dari harga diri manusia adalah di wajah, dan Rasulullah SAW melarang memukul muka.
-          Tidak boleh menyakitkan. Rasulullah SAW bersabda, “ Bertakwalah kepada Allah dalam masalah perempuan (istri). Mereka adalah orang-orang yang membantu kalian. Kalian punya hak pada mereka, yaitu mereka tidak boleh menyentuhkan pada tempat tidur kalian lelaki yang kalian benci. Jika mereka melakukan hal itu maka kalian boleh memukul mereka dengan pukulan yang tidak menyakitkan (ghairu mubrah). Dan kalian punya kewajiban pda mereka yaitu member rizki dan member pakaian yang baik.” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim).
Kriteria ‘ghairu mubrah’ adalah;
-          tidak sampai meninggalkan bekas
-          tidak sampai membuat tulang retak
-          tidak dibagian tubuh yang berbahaya jika kena pukul. 

Jika seorang istri setelah mendapatkan didikan dari seorang suami namun tetap tidak taat, maka dosa lah yang akan menghampirinya. Begitupun suami yang membiarkan dan tidak menegur istri yang berbuat salah, maka berdosa pulalah dirinya. Adapun suami dalam mendidik istri ia melakukannya dengan melampaui batas, misal memukul istri tanpa mengikuti urutan di atas, maka itu adalah perbuatan dzalim yang berarti dosa.
Intinya adalah dalam hidup rumah tangga yang di dalamnya ada peran; suami dan istri, ada kalanya akan dihadapkan pada suatu masalah rumah tangga. Islam secara jelas telah memberikan tuntunan bagaimana menyingkapi dan memperbaiki segala permasalahan tersebut. Dengan mengikuti tuntunan tersebut, maka kita tidak akan berlebihan dalam menyingkapi suatu permasalahan yang ada. 

Senin, 09 September 2013

Tips Meningkatkan Minat Membaca



1. Bangun Motivasi

Bangun motivasi anda untuk membaca, kenapa anda harus membaca? tanamkan rasa ingin tahu yang besar dalam diri anda, dan dengan membaca adalah salah satu cara untuk mengetahui segala hasrat keingintahuan anda. Selain itu tanamkan dalam pikiran anda bahwa membaca itu ‘keren’, lihat bagaimana para bule berjalan-jalan sambil menenteng buku, dan coba bayangkan persepsi orang terhadap anda ketika anda duduk sendiri sambil menunggu bus sambil mengisinya dengan membaca buku, orang akan berpikir ‘anda orang terpelajar/ pintar’.

2. Ubah Paradigma

Mulai rubah prasangka anda terhadap buku ’halamannya terlalu tebal’, ’jenis bacaannya membosankan’, ‘jika membaca buku bikin ngantuk ’. Buku ada banyak macamnya, begitupula genrenya, mulailah anda membaca buku berdasarkan jenis yang anda minati, seperti novel, buku sejarah, biografi, motivasi, dsb. Ketika melihat buku dengan halaman yang tebal, jangan dulu anda berprasangka “buku yang membosankan/ jenis bacaannya berat”, bisa saja ternyata buku tebal tersebut adalah ‘yellow pages’ atau ensiklopedia, dan untuk jenis buku ensiklopedia atau direktori memang bukan buku yang diperuntukan untuk dibaca seksama seperti membaca novel atau yang lainnya..

3. Cari Tahu

Ada pepatah ‘tak kenal maka tak sayang’, begitupun buku, jika anda tidak tahu ingin membaca apa atau apakah buku yang akan anda baca menarik, anda bisa terlebih dahulu mencari tahu referensi (rujukan) atau resensi (ulasan buku) yang hendak anda baca. Memperoleh info mengenai buku yang akan and abaca bisa didapat dari: catalog buku, resensi buku di internet, resensi buku di majalah/ Koran, atau bertanya pada teman atau orang yang telah membaca/mengetahui isi buku yang anda inginkan. Bisa juga anda bersikap inisiatif dengan bertanya pada petugas perpustakaan mengenai buku terbaru atau jenis buku yang menarik untuk dibaca.

4. Luangkan Waktu

Jika anda sudah memilih buku apa yang akan anda baca, maka luangkanlah waktu untuk membacanya. Anda bisa memanfaatkan waktu luang anda untuk membaca, ketika menunggu teman, ketika dalam perjalanan pulang di kendaraan umum, atau anda sengaja meluangkan waktu anda untuk membaca. Intinya, tidak akan ada peluang jika memang anda tidak menciptakan/ meluangkan peluang untuk memperkaya khasanah informasi anda..

PENYEBAB RENDAHNYA MINAT BACA DI INDONESIA

Sering dikatakan bahwa buku adalah jendela dunia, buku adalah media pembelajaran sebagai bukti peradaban suatu bangsa. Lalu apa sebenarnya esensi dari makna tersebut? Mengapa di Indonesia minat baca masih sangat rendah? Inilah beberapa alasannya dan bagaimana cara kita untuk bisa merubah statement akan rendahnya minat baca bangsa Indonesia.


1. Warisan Budaya Membaca
Percaya atau tidak, minat baca seseorang sangat dipengaruhi factor genetik, orangtua yang gemar membaca biasanya akan menghasilkan keturunan yang juga gemar membaca. Hal ini karena adanya faktor pembiasaan (habitual) dari orang tua kepada anaknya, juga faktor lingkungan akan membentuk pribadi seseorang untuk akrab dengan buku dan gemar membaca.

2. Sistem Pembelajaran
Sistem pembelajaran di Indonesia sejauh ini masih melulu membahas perihal kebijakan, aturan, perencanaan, dan belum optimal pada implemetasi dan realisasi. Dalam buku Suherman (2010; ) “Perbedaan yang mencolok antara Indonesia dengan Jepang adalah dari budaya membaca”.
Menurut survey International Education Achievements (IEA) tahun 2009, Indonesia menempati peringkat ke 29 dari 31 negara dengan tingkat membaca yang tinggi.
Disebagian besar negara maju, Pemerintah turut andil dalam meningkatkan minat baca. Peradaban suatu bangsa dapat dilihat dari pesatnya ilmu pengetahuan dan hal ini berkaitan dengan proses pembelajaran yang didalamnya memuat kegiatan membaca. Sebagai contoh, di negara Jerman, Perancis, dan Belanda, pemerintahnya mewajibkan siswanya untuk membaca sekitar 23-32 judul buku sampai dengan usia sekolah berakhir, sedangkan di Jepang 15 judul, negara tetangga Malaysia dan Singapura 9 judul, bahkan negara Thailand saja yang sama-sama berstatus negara berkembang seperti Indonesia, mewajibkan siswanya untuk membaca minimal 5 judul buku. Lalu bagaimana dengan Indonesia? Akankah kita mengikuti langkah mereka untuk mencerdaskan bangsanya?

3. Teknologi dan Hiburan
Banyak orang yang tidak peka pada efek negative perkembangan teknologi. Negara maju berlomba-lomba menciptakan inovasi teknologi dan hiburan, sedangkan kita hanya berperan sebagai pemakai saja (user). Malah yang lebih parahnya ketika teknologi, seperti video games, telepon pintar (smart phone), interet hanya dipakai sebagai sarana rekreasi semata tanpa diimbangi dengan pengembangan kualitas diri.
Saat ini semakin jelas terlihat, anak-anak muda lebih senang menghabiskan waktunya untuk bermain games, berjalan-jalan (hangout) di Mall, dari pada membuka buku untuk membaca, atau surfing di media Internet untuk membaca beragam artikel ataupun informasi lainnya.
Modern nya jaman tidak berbanding linear dengan manusianya, hanya mereka yang mampu bertahan (survive), mencipta (inovative), dan kreatif yang bisa dikatakan sebagai manusia modern. Sedangkan mereka yang hanya bisa menikmati dan terlena pada pesatnya perkembangan teknologi, itulah yang disebut ‘korban teknologi’

4. Terbatasnya Media dan Akses Baca
Media baca salah satunya berhubungan dengan buku ataupun new media seperti Internet yang di dalamnya berisi beragam informasi yang dapat dibaca oleh pembaca. Di Indonesia kesadaran untuk memiliki/ meluangkan sebagian uangnya untuk membeli buku, merupakan suatu yang langka, begitu pula dengan kepemilikan akses internet, tidak semua orang memilikinya. Namun demikian ada beragam cara untuk dapat mengakses informasi melalui buku, bisa dengan cara membaca buku di toko buku, perpustakaan, taman bacaan, atau penjual buku bekas.
Terbatasnya media dan akses baca dipengaruhi oleh beragam faktor salah satunya adalah faktor ekonomi. Rendahnya kemampuan ekonomi rakyat membuatnya sulit untuk menyisihkan uangnya untuk membeli buku. Selain itu juga masih sedikit pihak yang peduli pada perkembangan perpustakaan, bahkan seringkali perpustakaan sekolah belum mendapat prioritas utama, ditempatkan di tempat terpencil, dengan suasana ruangan yang tidak menarik dan koleksi buku yang terbatas. Dengan demikian tentu saja minat baca di kalangan siswa menjadi sangat minim.

5. Malas
Allah SWT tidak mendiskriminasikan umatnya dengan adanya manusia yang pintar dan bodoh, hal itu terjadi karena ulah manusia sendiri, karena adanya sifat malas yang merajalela yang menyebabkan kualitas diri seseorang berbeda satu sama lain.
Di negara maju, masyarakat lebih senang memanfaatkan waktu luangnya saat santai, menunggu, berdiam diri, dengan membaca. Menjadi suatu pemandangan yang lumrah jika di dalam kereta, taman, halte, dsb banyak terlihat orang-orang yang asyik dengan aktfitas membacanya masing-masing. Masyarakat di negara maju telah memiliki kesadaran intrinsik untuk membaca, mereka membaca karena butuh sama seperti halnya makan sebagai kebutuhan primer untuk pencernaan, maka membaca juga sebagai kebutuhan primer untuk rohani/ jiwanya.

Rabu, 04 September 2013

Pentingnya Menjaga Lisan

Pepatah mengatakan:
" Mulutmu harimau mu"
Pepatah tersebut sangat sarat akan makna, dimana manusia dianjurkan untuk menjaga lisan/ perkataannya, karena sakitnya hati yang terluka karena ucapan tidak sama seperti sakitnya kaki yang tertusuk duri.
Bahkan dalam ajaran Islam pun hal tersebut diatur cukup jelas baik dalam Al-Qur'an ataupun As Sunnah. Seperti yang tercantum dalam QS Qaf:18 yang berarti:
"Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan di dekatnya ada malaikat pengawas yang selalu hadir"
Juga dalam firman Allah yang lain;
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” (Al-Ahzab: 70)

Pentingnya menjaga lisanpun tersirat dalam kehidupan sehari-hari kita dalam perkara saling mengingatkan/ menasehati dalam kebaikan. Ternyata saling menasehatipun ada adab-adab yang harus diperhatikan agar niat baik kita untuk saling menasehati tidak menjadi bumerang yang malah menyakiti perasaan orang yang hendak kita beri nasehat.

Berikut adab dalam menasehati seseorang:
  • Tidak menasehati di depan umum
Imam Syafi'i berkata dalam buku La Tahzan;
"Engkau menutupi aibku dalam kesendirianku, jauhkan aku dari menasehati di depan orang banyak, sesungguhnya nasehat di sekeliling manusia itu perkara, yang termasuk celaan yang tidak aku suka untuk mendengarnya"


  • Niat yang tulus untuk menasehati bukan menjatuhkan
Menasehati harusnya dengan yang tulus untuk merubah suatu keburukan menjadi kebaikan. Hal ini sangat tipis dengan menjaga perasaan seseorang yang kita nasehati, karena dikhawatirkan terjerumus pada tindakan mendzalimi jika kita tidak melakukannya dengan cara dan sikap yang benar.
Saya kembali mengutip dari buku La Tahzan :
" Janganlah sekali-kali menganiaya apabila engkau berkuasa, karena perbuatan aniaya akibatya pada penyesalan, kedua matamu tidur sedangkan orang yang teraniaya terjaga, Ia mendoakanmu sedangkan Zat Allah tidak pernah tidur "

  • Melakukan crosscheck sebelum menasehati/ menegur
Menegur kesalahan seseorang agar kembali menjadi baik memang bagus, namun kesalahan yang kita tahu haruslah dilakukan crosscheck ulang untuk mengetahui kebenaran/ validitas dari apa yang terjadi, hal ini agar jangan sampai kita melakukan teguran tidak berdasarkan fakta yang benar, dan itu berarti kita melakukan kedzaliman atas diri seseorang.
Sedangkan posisi orang yang terdzalimi Allah jamin atas terkabulnya doa, seperti dalam Hadist berikut ini;
" takutlah pada Allah atas doa orang yang teraniaya karena tidak ada tirai pemisah antara doanya dengan Allah " (HR Bukhari&Muslim)

Karena itu dalam melakukan suatu perbuatan baik, marilah kita awali dengan niat yang baik pula juga dengan aturan dan tatacara yang terbaik. Hal ini agar maksud baik kita dapat dengan mudah diterima oleh orang lain dan maksud kitapun akan tercapai.





Simple Perfect Tense



Definition
A tense of verbs used in describing action that has been completed (sometimes regarded as perfective aspect)

=>  Tenses/ keterangan waktu yang digunakan untuk menunjukkan suatu kegiatan yang sudah berlangsung (Bermakna ‘Sudah’)

Formula
Verbal (Mengandung kata kerja)
Nominal (Mengandung kata sifat)
S + has/ have + V3 (Participle)
S + HAS/ HAVE + been + Adjective
Example:
Saya Sudah menerbangkan layang-layang =
I         have           flown         my kite
Example:
Ani sudah cantik sejak lahir =
Ani   has    been pretty since born


Adverbs
Just, recently, lately, yet, still, already, before, so far, ever/ never, today, for, since

Regular and Irregular Verbs
Regular Verbs
Simple Present
Simple Past
Past Participle
Accept
Accepted
Accepted
Achieve
Achieved
Achieved
Add
Added
Added
Admire
Admired
Admirer
Admit
Admitted
Admitted
Chew
Chewed
Chewed
Clap
Clapped
Clapped
Clean
Cleaned
Cleaned
Collect
Collected
Collected
Compare
Compared
Compared

Irregular Verbs
Simple Present
Simple Past
Past Participle
Arise
Arose
Arisen
Awake
Awoke
Awaken
Beat
Beat
Beaten
Buy
Bought
Bought
Catch
Caught
Caught
Choose
Chose
Chosen
Forget
Forgot
Forgotten
Fly
Flew
Flown
See
Saw
Seen
Say
Said
Said