Rabu, 04 September 2013

Pentingnya Menjaga Lisan

Pepatah mengatakan:
" Mulutmu harimau mu"
Pepatah tersebut sangat sarat akan makna, dimana manusia dianjurkan untuk menjaga lisan/ perkataannya, karena sakitnya hati yang terluka karena ucapan tidak sama seperti sakitnya kaki yang tertusuk duri.
Bahkan dalam ajaran Islam pun hal tersebut diatur cukup jelas baik dalam Al-Qur'an ataupun As Sunnah. Seperti yang tercantum dalam QS Qaf:18 yang berarti:
"Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan di dekatnya ada malaikat pengawas yang selalu hadir"
Juga dalam firman Allah yang lain;
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” (Al-Ahzab: 70)

Pentingnya menjaga lisanpun tersirat dalam kehidupan sehari-hari kita dalam perkara saling mengingatkan/ menasehati dalam kebaikan. Ternyata saling menasehatipun ada adab-adab yang harus diperhatikan agar niat baik kita untuk saling menasehati tidak menjadi bumerang yang malah menyakiti perasaan orang yang hendak kita beri nasehat.

Berikut adab dalam menasehati seseorang:
  • Tidak menasehati di depan umum
Imam Syafi'i berkata dalam buku La Tahzan;
"Engkau menutupi aibku dalam kesendirianku, jauhkan aku dari menasehati di depan orang banyak, sesungguhnya nasehat di sekeliling manusia itu perkara, yang termasuk celaan yang tidak aku suka untuk mendengarnya"


  • Niat yang tulus untuk menasehati bukan menjatuhkan
Menasehati harusnya dengan yang tulus untuk merubah suatu keburukan menjadi kebaikan. Hal ini sangat tipis dengan menjaga perasaan seseorang yang kita nasehati, karena dikhawatirkan terjerumus pada tindakan mendzalimi jika kita tidak melakukannya dengan cara dan sikap yang benar.
Saya kembali mengutip dari buku La Tahzan :
" Janganlah sekali-kali menganiaya apabila engkau berkuasa, karena perbuatan aniaya akibatya pada penyesalan, kedua matamu tidur sedangkan orang yang teraniaya terjaga, Ia mendoakanmu sedangkan Zat Allah tidak pernah tidur "

  • Melakukan crosscheck sebelum menasehati/ menegur
Menegur kesalahan seseorang agar kembali menjadi baik memang bagus, namun kesalahan yang kita tahu haruslah dilakukan crosscheck ulang untuk mengetahui kebenaran/ validitas dari apa yang terjadi, hal ini agar jangan sampai kita melakukan teguran tidak berdasarkan fakta yang benar, dan itu berarti kita melakukan kedzaliman atas diri seseorang.
Sedangkan posisi orang yang terdzalimi Allah jamin atas terkabulnya doa, seperti dalam Hadist berikut ini;
" takutlah pada Allah atas doa orang yang teraniaya karena tidak ada tirai pemisah antara doanya dengan Allah " (HR Bukhari&Muslim)

Karena itu dalam melakukan suatu perbuatan baik, marilah kita awali dengan niat yang baik pula juga dengan aturan dan tatacara yang terbaik. Hal ini agar maksud baik kita dapat dengan mudah diterima oleh orang lain dan maksud kitapun akan tercapai.





1 komentar:

Unknown mengatakan...

Assalamua'alaikum mbak Dini, Saya tadi ada share blog mbak yg ini, biar bermanfaat ada baiknya saya izin sama mbak meski sudah saya share duluan. terima kasih

Posting Komentar