Senin, 09 September 2013

PENYEBAB RENDAHNYA MINAT BACA DI INDONESIA

Sering dikatakan bahwa buku adalah jendela dunia, buku adalah media pembelajaran sebagai bukti peradaban suatu bangsa. Lalu apa sebenarnya esensi dari makna tersebut? Mengapa di Indonesia minat baca masih sangat rendah? Inilah beberapa alasannya dan bagaimana cara kita untuk bisa merubah statement akan rendahnya minat baca bangsa Indonesia.


1. Warisan Budaya Membaca
Percaya atau tidak, minat baca seseorang sangat dipengaruhi factor genetik, orangtua yang gemar membaca biasanya akan menghasilkan keturunan yang juga gemar membaca. Hal ini karena adanya faktor pembiasaan (habitual) dari orang tua kepada anaknya, juga faktor lingkungan akan membentuk pribadi seseorang untuk akrab dengan buku dan gemar membaca.

2. Sistem Pembelajaran
Sistem pembelajaran di Indonesia sejauh ini masih melulu membahas perihal kebijakan, aturan, perencanaan, dan belum optimal pada implemetasi dan realisasi. Dalam buku Suherman (2010; ) “Perbedaan yang mencolok antara Indonesia dengan Jepang adalah dari budaya membaca”.
Menurut survey International Education Achievements (IEA) tahun 2009, Indonesia menempati peringkat ke 29 dari 31 negara dengan tingkat membaca yang tinggi.
Disebagian besar negara maju, Pemerintah turut andil dalam meningkatkan minat baca. Peradaban suatu bangsa dapat dilihat dari pesatnya ilmu pengetahuan dan hal ini berkaitan dengan proses pembelajaran yang didalamnya memuat kegiatan membaca. Sebagai contoh, di negara Jerman, Perancis, dan Belanda, pemerintahnya mewajibkan siswanya untuk membaca sekitar 23-32 judul buku sampai dengan usia sekolah berakhir, sedangkan di Jepang 15 judul, negara tetangga Malaysia dan Singapura 9 judul, bahkan negara Thailand saja yang sama-sama berstatus negara berkembang seperti Indonesia, mewajibkan siswanya untuk membaca minimal 5 judul buku. Lalu bagaimana dengan Indonesia? Akankah kita mengikuti langkah mereka untuk mencerdaskan bangsanya?

3. Teknologi dan Hiburan
Banyak orang yang tidak peka pada efek negative perkembangan teknologi. Negara maju berlomba-lomba menciptakan inovasi teknologi dan hiburan, sedangkan kita hanya berperan sebagai pemakai saja (user). Malah yang lebih parahnya ketika teknologi, seperti video games, telepon pintar (smart phone), interet hanya dipakai sebagai sarana rekreasi semata tanpa diimbangi dengan pengembangan kualitas diri.
Saat ini semakin jelas terlihat, anak-anak muda lebih senang menghabiskan waktunya untuk bermain games, berjalan-jalan (hangout) di Mall, dari pada membuka buku untuk membaca, atau surfing di media Internet untuk membaca beragam artikel ataupun informasi lainnya.
Modern nya jaman tidak berbanding linear dengan manusianya, hanya mereka yang mampu bertahan (survive), mencipta (inovative), dan kreatif yang bisa dikatakan sebagai manusia modern. Sedangkan mereka yang hanya bisa menikmati dan terlena pada pesatnya perkembangan teknologi, itulah yang disebut ‘korban teknologi’

4. Terbatasnya Media dan Akses Baca
Media baca salah satunya berhubungan dengan buku ataupun new media seperti Internet yang di dalamnya berisi beragam informasi yang dapat dibaca oleh pembaca. Di Indonesia kesadaran untuk memiliki/ meluangkan sebagian uangnya untuk membeli buku, merupakan suatu yang langka, begitu pula dengan kepemilikan akses internet, tidak semua orang memilikinya. Namun demikian ada beragam cara untuk dapat mengakses informasi melalui buku, bisa dengan cara membaca buku di toko buku, perpustakaan, taman bacaan, atau penjual buku bekas.
Terbatasnya media dan akses baca dipengaruhi oleh beragam faktor salah satunya adalah faktor ekonomi. Rendahnya kemampuan ekonomi rakyat membuatnya sulit untuk menyisihkan uangnya untuk membeli buku. Selain itu juga masih sedikit pihak yang peduli pada perkembangan perpustakaan, bahkan seringkali perpustakaan sekolah belum mendapat prioritas utama, ditempatkan di tempat terpencil, dengan suasana ruangan yang tidak menarik dan koleksi buku yang terbatas. Dengan demikian tentu saja minat baca di kalangan siswa menjadi sangat minim.

5. Malas
Allah SWT tidak mendiskriminasikan umatnya dengan adanya manusia yang pintar dan bodoh, hal itu terjadi karena ulah manusia sendiri, karena adanya sifat malas yang merajalela yang menyebabkan kualitas diri seseorang berbeda satu sama lain.
Di negara maju, masyarakat lebih senang memanfaatkan waktu luangnya saat santai, menunggu, berdiam diri, dengan membaca. Menjadi suatu pemandangan yang lumrah jika di dalam kereta, taman, halte, dsb banyak terlihat orang-orang yang asyik dengan aktfitas membacanya masing-masing. Masyarakat di negara maju telah memiliki kesadaran intrinsik untuk membaca, mereka membaca karena butuh sama seperti halnya makan sebagai kebutuhan primer untuk pencernaan, maka membaca juga sebagai kebutuhan primer untuk rohani/ jiwanya.

0 komentar:

Posting Komentar